Panduan Hitung PPh 21 dengan Metode Gross, Net, dan Gross Up

Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah kewajiban setiap perusahaan di Indonesia. PPh 21 sendiri merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi. Proses perhitungannya bisa terlihat rumit, tetapi dengan pemahaman yang baik tentang metode-metode yang ada, perhitungan PPh 21 dapat dilakukan dengan akurat dan efisien. Artikel ini akan membahas tiga metode perhitungan PPh 21 yang umum digunakan, yaitu metode Gross, Net, dan Gross Up.

Memahami Dasar Perhitungan PPh 21

Sebelum membahas metode-metode perhitungan, penting untuk memahami komponen dasar yang digunakan dalam perhitungan PPh 21. Komponen tersebut meliputi:

  • Penghasilan Bruto: Jumlah seluruh penghasilan yang diterima karyawan dalam satu periode (biasanya bulanan), termasuk gaji pokok, tunjangan, bonus, dan pembayaran lainnya.
  • Biaya Jabatan: Biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto, dihitung sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan batasan maksimal yang ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
  • Iuran Pensiun: Iuran yang dibayarkan oleh karyawan ke dana pensiun yang disahkan oleh pemerintah.
  • Penghasilan Neto: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan dan iuran pensiun.
  • Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP): Batas penghasilan yang tidak dikenakan pajak, besarnya disesuaikan dengan status perkawinan dan jumlah tanggungan.
  • Penghasilan Kena Pajak (PKP): Penghasilan neto dikurangi PTKP.
  • Tarif PPh 21: Tarif pajak yang dikenakan atas PKP, sesuai dengan lapisan tarif yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Metode Perhitungan PPh 21: Gross

Metode Gross adalah metode yang paling sederhana. Dalam metode ini, PPh 21 ditanggung sepenuhnya oleh karyawan. Perusahaan hanya bertindak sebagai pemotong pajak, yang kemudian menyetorkan pajak tersebut ke kas negara. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

  1. Hitung Penghasilan Bruto.
  2. Hitung Biaya Jabatan dan Iuran Pensiun (jika ada).
  3. Hitung Penghasilan Neto (Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – Iuran Pensiun).
  4. Hitung Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Neto – PTKP).
  5. Hitung PPh 21 (PKP x Tarif PPh 21).

Contoh: Seorang karyawan dengan status belum menikah (TK/0) memiliki gaji bruto Rp 10.000.000. Biaya jabatan adalah 5% x Rp 10.000.000 = Rp 500.000. PTKP untuk TK/0 adalah Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 4.500.000 per bulan. Maka, PKP adalah (Rp 10.000.000 – Rp 500.000 – Rp 4.500.000) = Rp 5.000.000. PPh 21 dihitung berdasarkan lapisan tarif yang berlaku.

Metode Perhitungan PPh 21: Net

Dalam metode Net, perusahaan menanggung PPh 21 karyawan. Artinya, gaji yang diterima karyawan adalah gaji bersih setelah dipotong pajak. Perhitungan metode ini memerlukan iterasi karena besaran PPh 21 mempengaruhi besaran PKP, yang pada gilirannya mempengaruhi besaran PPh 21 itu sendiri. Perhitungannya lebih kompleks dibandingkan metode Gross, dan biasanya memerlukan bantuan software house terbaik untuk mengimplementasikannya secara efisien.

Rumusnya adalah:

  1. Tentukan Penghasilan Bruto.
  2. Asumsikan PPh 21 sementara (misalnya, dengan menghitung PPh 21 menggunakan metode Gross terlebih dahulu).
  3. Hitung Penghasilan Neto setelah PPh 21 (Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan – Iuran Pensiun – PPh 21 sementara).
  4. Hitung PKP berdasarkan Penghasilan Neto setelah PPh 21.
  5. Hitung kembali PPh 21 berdasarkan PKP yang baru.
  6. Ulangi langkah 3-5 hingga nilai PPh 21 stabil.

Metode Net sering dianggap lebih menguntungkan bagi karyawan, karena mereka menerima gaji bersih yang sudah pasti setiap bulan. Namun, dari sisi perusahaan, metode ini memerlukan perhitungan yang lebih rumit dan pemahaman yang mendalam tentang peraturan perpajakan.

Metode Perhitungan PPh 21: Gross Up

Metode Gross Up adalah metode di mana perusahaan memberikan tunjangan PPh 21 kepada karyawan. Tunjangan ini digunakan untuk menutupi PPh 21 yang harus dibayarkan karyawan. Secara sederhana, perusahaan memberikan tambahan gaji sebesar PPh 21 yang harus dibayarkan. Perhitungan metode ini juga memerlukan iterasi, mirip dengan metode Net, tetapi fokusnya adalah menghitung tunjangan PPh 21 yang tepat.

Rumusnya adalah:

  1. Tentukan Penghasilan Bruto.
  2. Asumsikan Tunjangan PPh 21 sementara (misalnya, dengan menghitung PPh 21 menggunakan metode Gross terlebih dahulu).
  3. Hitung Penghasilan Bruto yang sudah di-Gross Up (Penghasilan Bruto + Tunjangan PPh 21 sementara).
  4. Hitung Biaya Jabatan dan Iuran Pensiun (jika ada) berdasarkan Penghasilan Bruto yang sudah di-Gross Up.
  5. Hitung Penghasilan Neto.
  6. Hitung PKP.
  7. Hitung PPh 21 berdasarkan PKP.
  8. Hitung kembali Tunjangan PPh 21 yang dibutuhkan (seharusnya sama dengan PPh 21 yang baru dihitung).
  9. Ulangi langkah 3-8 hingga nilai Tunjangan PPh 21 stabil.

Metode Gross Up memberikan kepastian bagi karyawan mengenai besaran PPh 21 yang ditanggung perusahaan. Metode ini sering digunakan sebagai strategi kompensasi untuk menarik dan mempertahankan talenta. Perusahaan yang menggunakan metode ini biasanya memanfaatkan aplikasi gaji terbaik untuk memastikan akurasi perhitungan.

Kesimpulan

Memilih metode perhitungan PPh 21 yang tepat sangat penting untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan dan menjaga hubungan yang baik dengan karyawan. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode Gross lebih sederhana, tetapi metode Net dan Gross Up dapat meningkatkan kepuasan karyawan. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti anggaran, kebijakan kompensasi, dan kompleksitas perhitungan sebelum memutuskan metode yang akan digunakan. Dengan pemahaman yang baik dan penggunaan alat bantu yang tepat, perhitungan PPh 21 dapat dilakukan dengan akurat dan efisien.

artikel ini semoga membantu!

Scroll to Top